Rabu, 03 Maret 2010

Perang Dunia Maya: Indonesia vs मलेसिया

Tidak lepas dari kasus penjiplakan dan kekayaan budaya Indonesia atas Malaysia (atau sebaliknya mungkin), kini berbagai polemik dunia maya kembali bermunculan. Lihat saja berbagai situs Malaysia ada yang di hack dan sebagainya oleh bangsa Indonesia.

Namun, tidak kalah juga berbagai media lainnya (eq. Blogger) juga bermunculan dengan istilah “INDON” yang mulai mencemari dan memaki-maki serta penimpaan kata-kata maut (penghinaan), entah itu orang Malaysia yang bikin atau memang kerjanya orang Indonesia sendiri.

Walaupun hak suara bukan sesuatu yang ganjil di dunia maya, mungkin ini merupakan sebuah tindak kesewenang juga bila di lihat dari sisi persepektif ke bangsaan. Hari ini menteri kebudayaan Malaysia pun telah melarang warganya dalam kampanye kewisataan “Visit Malaysia Year 2007” untuk tidak menggunakan tari-tarian maupun lagu-lagu jingle lainnya agar meredam polemik yang sedang terjadi beberapa waktu lalu.

Wajar bila hal ini disambut positif oleh bangsa Indonesia, karena bila melihat sejarah dari nenek moyang dulu, Indonesia dan Malaysia tidak ada perbatasan yang mengaturnya baik dari geografis maupun silsilah para nenek moyang. Karena budaya yang ada di antara dua negara ini saling dipertunjukkan di dua negara pula.

Yang pasti hanya nenek moyang-ku –seorang pelaut– tahu masalah ini. Apakah ini akan berlanjut untuk setiap masa seperti ini? Hanya kita yang tahu akan persoalan bilateral dua negara yang satu rumpun ini. Berani tumpah darah atau caci maki, bukan solusi yang baik untuk masalah seperti ini.

Filed under: ICT, Kesan, Politisasi | Tagged: Ambalat, Dunia, I Hate Indonesia, I Hate Malaysia, Indon, Indonesia, Lagu, Laut, Malaysia, Maya, Melayu, Serumpun, Tari Pendet, Visit
« Kisah Yang Tak Pasti Ketika “Jagalah Hati” Meneteskan Tangisnya »
237 Responses

1.
buraqmanari, on Monday, 25 January 2010 at 6:16 PM Said:

0
0
Rate This

Quantcast

bagi saya semua komentar yang seronok itu hanya utk memperkeruh suasana. perang kata2 untuk apa sih, kayak anak kecil. Allah memberi kita otak agar berpikir mencari solusi terbaik agar masalah bisa selaesai dengai damai.
Reply
2.
ada ajah, on Wednesday, 27 January 2010 at 5:00 PM Said:

0
0
Rate This

Quantcast

” karena bila melihat sejarah dari nenek moyang dulu, Indonesia dan Malaysia tidak ada perbatasan yang mengaturnya baik dari geografis maupun silsilah para nenek moyang. Karena budaya yang ada di antara dua negara ini saling dipertunjukkan di dua negara pula. ”

itu saya kutif dari artikel di atas…. kita sebagai bangsa indonesia sudah biasa melihat tindakan , sifat dan kepribadian maling yang dimiliki MALINGSIA , yaitu sangat biasa ketika terjadi kasus pencurian alias maling yang dilakukan MALINGSIA terhadap budaya2 indonesia , mereka selalu mengomentarinya seperti kalimat yang saya kutif di atas.. seolah pembenaran atas apa yang mereka persoalkan dan diakhir komentar mereka ( MALINGSIA ) pasti akan menuliskan seperti kalimat di bawah ini ;
” Hanya kita yang tahu akan persoalan bilateral dua negara yang satu rumpun ini. Berani tumpah darah atau caci maki, bukan solusi yang baik untuk masalah seperti ini. ”

sok alim … padahal merekalah yang duluan memulai provokasi…
saya tau alasan mereka bertindak seperti itu , karena MALINGSIA sadar klo semua rakyat indonesia sudah bertindak tegas.. mereka akan ngacir dan lari terbirit birit seperti perempuan…

jadi klo menurut saya , jika benar benar MALINGSIA berniat berdamai atau hidup bertetangga dengan damai bersama indonesia gak usah lah cari gara gara atau sengaja buat provokasi murahan.. jadi itu intinya yang bisa mendamaikan indonesia dengan MALINGSIA…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAYA MAU TAMBIL KANG GAMBAR DI BLOG SAYA KENAPA TIDAK BISA YA